Sabtu, 02 Februari 2013

Berfilsafat? Kenapa tidak?!!!

Selamat malam. Yuks berfilsafat mengantar tidur malam kita, penghuni semesta. Planet Bumi. Apa itu filsafat? Apa manfaatnya bagi kita? Disini penjelasannya. Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philosofia dan kata Philosopia itu terdiri dan berasal dari kata "philo", "philos" dan "philein" yang berarti cinta/pecinta/mencintai dan kata "sophia" memiliki arti kebijaksaan dan hakekat kebenaran. Dan secara harfiah, filsafat itu adalah cinta pada kebijaksanaan dan cinta pada kebenaran yang hakiki atau hakekat kebenaran. Filsafat juga mengandung makna "suatu proses" pencarian kebenaran hakiki serta sebagai konsep pemikiran akan kebenaran yang hakiki tersebut sebagai suatu konsep pemikiran, filsafat merupakan hasil dari suatu proses. Yaitu proses pemikiran. Karena kita manusia marilah kita berpikir, seperti kata-kata orang terdahulu mengatakan bahwa : Manusia adalah makhluk yang berpikir. Berpikir itulah yang mencirikan hakekat manusia dan karena dia berpikir maka dia menjadi manusia (ada). Berpikir pada dasarnya merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Apa susahnya kita untuk berpikir? Gratis tanpa dipungut biaya pula. Dan siapa tahu jika apa yang kita pikirkan membuahkan hasil (red:pengetahuan) yang sekiranya berguna untuk kehidupan semua semesta. Baiklah, kita kembali lagi pada topik filsafat. Filsafat (dalam konteks proses) adalah sebuah proses berfikir/merenung/olah pikir yang mendalam serta radikal akan suatu objek kajian tertentu. Banyaknya pengertian filsafat sebagaimana diketahui sejauh ini berbanding lurus dengan banyaknya penafsiran dari para filsuf. Namun, dalam benak banyak orang, filsafat adalah ilmu yg mengawang-ngawang. Mengawang disini memiliki dua arti yaiyu, mengawang bisa berarti : terlalu tinggi dan rumit, hingga sulit dicerna oleh orang kebanyakan dan mengawang (juga) bisa berarti : tidak realistis, konyol, kegiatan orang yang kurang kerjaan. Ketika dunia digerakkan kesibukan mncari uang sebanyak-banyaknya, filsafat terlihat seperti verbalisme kosong dalam rimba istilah-istilah yang abstrak. Lebih buruk lagi, dalam situasi penuh antusiasme keagamaan yang meledak-ledak, filsafat biasanya dilihat sebagai kebebasan nalar yang liar dan 'arogan', semacam ancaman menuju kekacauan, bahaya tafsir bebas yang mengarah pada kesesatan atau sejenis gejala kegilaan. Sesungguhnya filsafat tak mseti dilihat seburuk itu. Pada dasarnya filsafat adalah gerak nalar yang wajar, sealamiah kita bernafas. Filsafat adalah sistematisasi pengalaman bernalar dan kecenderungan ingin tahu, yang telah kita miliki sejak masa kanak-kanak.  Apa ada hal di semesta ini yang tidak ingin kalian ketahui lagi? ketahui lebih dalam?. Dan berfilsafat ini juga ada manfaatnya untuk kita dan penghuni semsta lainnya. Filsafat mengasah kepekaan kita atas inti persoalan : kepekaan atas mana hal pokok, hal sepele, yang layak dibela dan yang bisa dibiarkan saja. Filsafat memang terdengar mengawang dan abstrak. Tapi proses abstraksi itu diperlukan untuk menerangi pengalaman dan melihat akar-akar dasar yang tersembunyi dibalik segala persoalan konkret. Bagi dunia keilmuan, filsafat berguna untuk lebih bersikap kritis terhadap asumsi-asumsi dasar persoalan konkret. Filsafat (juga) penting untuk menghindari bahaya kenaifan-empirik-teknis, yaitu anggapan seakan kehidupan dan manusia hanyalah soal  data dan urusan teknis. Pun bagi dunia keagamaan, filsafat dapat membantu menjaga kita agar terhindar dari dogmatisme yang picik nan berbahaya. Belajar filsafat membuat kemampuan reflektif kita senantiasa berdenyut layak jantung. Refleksifitas memang bersifat self-cancelling atau gemar membatalkan pernyataan yang pernah dibuat sendiri. Mungkin tak akan pernah final, hanya saja itulah yang pemahaman kita semakin kaya, semakin kompleks dan semakin luas. Dalam dunia filsafat, kita nyaris tak bisa menyebut pikiran seorang filosof sebagai total 'benar' atau 'salah'. Patokannya hanyalah akal sehat dan pengalaman manusiawi konkret. Filsafat adalah cara cerdas bagi jiwa untuk tetap waras dan tumbuh berevolusi. Terutama ketika dunia makin sakit dan sistem nilai kian terdegradasi. Tapi berfilsafat tak semerta-merta datang begitu saja, ada 3 alasan yang mendorong manusia untuk berfilsafat. Yuks kita lihat apa saja. Pertama, Keheranan, sebagian filsuf brpendapat adanya kata heran merupakan asal dari kata filsafat. Rasa heran itu mendorong manusia untuk menyelidiki apa yang membuat manusia itu menjadi keheranan. Kedua, Kesangsian atau keragu-raguan akan sesuatu merupakan sumber utama bagi pemikiran yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini berguna untuk menemukan titik pangkal agar dikemudian tidak ada lagi kesangsian. Ketiga, Kesadaran akan keterbatasan dalam diri manusia akan mendorong manusia mulai berfilsafat jika menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekitarnya. Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas. Mungkin sekian dulu ber-filsafat mengantar tidur kita. Semoga bermanfaat kengkawan.