Selamat malam. Yuks berfilsafat mengantar tidur malam kita, penghuni
semesta. Planet Bumi. Apa itu filsafat? Apa manfaatnya bagi kita? Disini penjelasannya. Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philosofia
dan kata Philosopia itu terdiri dan berasal dari kata "philo", "philos" dan "philein" yang berarti cinta/pecinta/mencintai dan kata "sophia" memiliki arti kebijaksaan dan hakekat kebenaran. Dan secara harfiah, filsafat itu adalah cinta pada kebijaksanaan dan
cinta pada kebenaran yang hakiki atau hakekat kebenaran. Filsafat juga mengandung makna "suatu proses" pencarian kebenaran hakiki
serta sebagai konsep pemikiran akan kebenaran yang hakiki tersebut sebagai suatu konsep pemikiran, filsafat merupakan hasil dari suatu
proses. Yaitu proses pemikiran. Karena kita manusia marilah kita berpikir, seperti kata-kata orang terdahulu mengatakan bahwa : Manusia adalah makhluk yang berpikir. Berpikir itulah yang mencirikan
hakekat manusia dan karena dia berpikir maka dia menjadi manusia (ada). Berpikir pada dasarnya merupakan sebuah proses yang membuahkan
pengetahuan. Apa susahnya kita untuk berpikir? Gratis tanpa dipungut biaya pula. Dan siapa tahu jika apa yang kita pikirkan membuahkan hasil (red:pengetahuan) yang sekiranya berguna untuk kehidupan semua semesta. Baiklah, kita kembali lagi pada topik filsafat. Filsafat (dalam konteks proses) adalah sebuah proses
berfikir/merenung/olah pikir yang mendalam serta radikal akan suatu objek
kajian tertentu. Banyaknya pengertian filsafat sebagaimana diketahui sejauh ini
berbanding lurus dengan banyaknya penafsiran dari para filsuf. Namun, dalam benak banyak orang, filsafat adalah ilmu yg mengawang-ngawang.
Mengawang disini memiliki dua arti yaiyu, mengawang bisa berarti : terlalu tinggi dan rumit, hingga sulit dicerna
oleh orang kebanyakan dan mengawang (juga) bisa berarti : tidak realistis, konyol, kegiatan orang
yang kurang kerjaan. Ketika dunia digerakkan kesibukan mncari uang sebanyak-banyaknya,
filsafat terlihat seperti verbalisme kosong dalam rimba istilah-istilah yang abstrak. Lebih buruk lagi, dalam situasi penuh antusiasme keagamaan yang meledak-ledak, filsafat
biasanya dilihat sebagai kebebasan nalar yang liar dan 'arogan', semacam ancaman menuju kekacauan, bahaya tafsir bebas yang mengarah pada
kesesatan atau sejenis gejala kegilaan. Sesungguhnya filsafat tak mseti dilihat seburuk itu. Pada dasarnya
filsafat adalah gerak nalar yang wajar, sealamiah kita bernafas. Filsafat adalah sistematisasi pengalaman bernalar dan kecenderungan
ingin tahu, yang telah kita miliki sejak masa kanak-kanak. Apa ada hal di semesta ini yang tidak ingin kalian ketahui lagi? ketahui lebih dalam?. Dan berfilsafat ini juga ada manfaatnya untuk kita dan penghuni semsta lainnya. Filsafat mengasah kepekaan kita atas inti persoalan : kepekaan atas mana
hal pokok, hal sepele, yang layak dibela dan yang bisa dibiarkan saja. Filsafat memang terdengar mengawang dan abstrak. Tapi proses abstraksi
itu diperlukan untuk menerangi pengalaman dan melihat akar-akar dasar yang tersembunyi dibalik segala persoalan konkret. Bagi dunia keilmuan, filsafat berguna untuk lebih bersikap kritis terhadap
asumsi-asumsi dasar persoalan konkret. Filsafat (juga) penting untuk menghindari bahaya kenaifan-empirik-teknis,
yaitu anggapan seakan kehidupan dan manusia hanyalah soal data dan urusan teknis. Pun bagi dunia keagamaan, filsafat dapat membantu menjaga kita agar
terhindar dari dogmatisme yang picik nan berbahaya. Belajar filsafat membuat kemampuan reflektif kita senantiasa berdenyut
layak jantung. Refleksifitas memang bersifat self-cancelling atau gemar membatalkan
pernyataan yang pernah dibuat sendiri. Mungkin tak akan pernah final, hanya saja itulah yang pemahaman kita semakin kaya,
semakin kompleks dan semakin luas. Dalam dunia filsafat, kita nyaris tak bisa menyebut pikiran seorang
filosof sebagai total 'benar' atau 'salah'. Patokannya hanyalah akal sehat dan pengalaman manusiawi konkret. Filsafat adalah cara cerdas bagi jiwa untuk tetap waras dan tumbuh
berevolusi. Terutama ketika dunia makin sakit dan sistem nilai kian terdegradasi. Tapi berfilsafat tak semerta-merta datang begitu saja, ada 3 alasan yang mendorong manusia untuk berfilsafat. Yuks kita lihat apa saja. Pertama, Keheranan, sebagian filsuf brpendapat
adanya kata heran merupakan asal
dari kata filsafat. Rasa heran itu mendorong manusia untuk menyelidiki apa yang membuat manusia itu menjadi keheranan.
Kedua, Kesangsian atau keragu-raguan akan sesuatu merupakan sumber utama bagi
pemikiran yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini berguna untuk
menemukan titik pangkal agar dikemudian tidak ada
lagi kesangsian. Ketiga, Kesadaran akan keterbatasan dalam diri manusia
akan mendorong manusia
mulai berfilsafat jika menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah
terutama bila dibandingkan dengan alam sekitarnya. Kemudian
muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tidak terbatas. Mungkin sekian dulu ber-filsafat mengantar tidur kita. Semoga bermanfaat
kengkawan.